Salah satu pertanyaan paling sulit yang bisa kita terima dan
jawab adalah "Mengapa ada penderitaan di dunia ini?" Sebagai orang
percaya, pertanyaan itu bisa dikembangkan menjadi, "Jika Tuhan itu Maha Ada
dan Maha Kadih, mengapa ada rasa sakit dan penderitaan di dunia?" “Mengapa
Dia membiarkan penderitaan itu ada dalam kehidupan manusia?
Pertanyaan ini adalah pertanyaan dari segala abad dan berasal dari
berbagai lapisan masyarakat. Hampir tidak ada hari dimana kita tidak menemukan
penderitaan. Bencana dan kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami, jutaan orang hidup dalam kemiskinan, anak-anak dilecehkan atau dijual, kehancuran keluarga, intimidasi, sakit penyakit, dan berbagai penderitaan
lainnya.
Tidak heran jika seseorang yang mengalami penderitaan berat
akan berkata kepada Tuhan: "Ya Tuhan, jika Engkau benar-benar ada, mengapa
Engkau membiarkan hal itu terjadi pada diriku?"
Tuhan menciptakan bumi dan isinya secara sempurna. Dia tidak
merancang bumi untuk memiliki kejahatan dan penderitaan di dalamnya. Tetapi
manusia yang Dia cipta paling akhir, dengan segala kehendak bebasnya, telah mengikuti
bujukan iblis untuk berpaling dari Tuhan. Penggunaan kehendak bebas secara
salah inilah yang telah menghasilkan dunia yang tidak sempurna, dengan dosa dan
berbagai kejahatan sebagai bagian darinya.
Karena kejatuhan manusia dalam dosa, dunia sekarang tidak lagi
normal. Banyak hal tidak sebagaimana yang Tuhan kehendaki. Sebagai akibat
Kejatuhan, manusia telah dipisahkan dari Tuhan, dari alam dan isinya, bahkan
dari sesama manusia. Alam tidak selalu baik kepada manusia. Binatang yang
semula jinak bisa menjadi musuh manusia. Terjadi konflik di antara manusia.
Tidak satu pun dari kondisi ini pernah terjadi sebelum Kejatuhan. Solusi apa
pun yang mungkin diberikan pada masalah yang dihadapi manusia harus
mempertimbangkan bahwa dunia yang ada sekarang tidak normal.
Rasa sakit (pain) adalah alat pengajaran yang terbaik. Penderitaan
dapat mengembangkan karakter. Sebuah quote dalam Our Daily Bread berbunyi: "Tuhan
menggunakan penderitaan untuk memperkuat iman kita." Bukankah quote ini
benar?
Sayangnya, tidak ada yang mau benar-benar melewati
penderitaan itu untuk mendapatkan iman yang lebih kuat. Selain itu, ketika kita
mengalami rasa sakit, kita tidaklah otomatis belajar darinya - juga tidak
menjamin karakter kita terbangun. Ketika kita mengalami penderitaan, kita juga punya
pilihan untuk memilih marah, menderita kepahitan, dan ketidakpercayaan kepada
Tuhan.
Hanya jika kita terbuka untuk belajar melalui rasa sakit
kita, ada begitu banyak kebaikan yang bisa datang dari penderitaan itu.
Apalagi penderitaan itu bisa hadir karena ekspektasi kita
yang tidak sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada, hal mana telah
membuat kita kecewa.
Sebuah kisah dalam 2 Raja-raja 4: 1 – 7 mengisahkan bagaimana
kenyataan yang dialami oleh istri seorang nabi telah mengecewakannya, karena
berbeda dengan ekspektasinya.
Dalam 2 Raja-raja 4: 1 tertulis: Salah seorang dari isteri-isteri para nabi
mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah
mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang,
penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya."
Dari kata-katanya dalam ayat 1 di atas, tercermin ekspektasinya
bahwa suaminya yang adalah seorang nabi dan takut akan Tuhan, tidak seharusnya
mati muda, apalagi meninggalkan hutang yang tak terbayar, sehingga kedua
anaknya akan diambil oleh Kreditur sebagai budaknya. Itu sebabnya janda itu
mengadukan masalahnya kepada nabi Elisa, dimana setengahnya merupakan komplen,
dan bukan hanya untuk mendapatkan bantuan.
Bahkan, penderitaan bisa hadir tanpa alasan apapun kecuali Tuhan
sendiri yang tahu. Contoh kasusnya adalah Ayub, dimana bahkan ke-empat temannya
yang bijak tidak mengetahui penyebab penderitaan Ayub, dan bahkan telah
menyalahkan Ayub sebagai penyebab penderitaannya sendiri.
Tentu saja, Tuhan tidak mudah dimengerti dengan pengetahuan
manusia kita yang terbatas. Namun satu hal yang perlu kita ketahui, kejahatan
dipromosikan oleh iblis. Memang pada akhirnya iblis akan dikalahkan pada saat
kedatangan Kristus, tapi sebelum saat itu tiba, misinya adalah untuk mencobai
dan menjatuhkan orang-orang percaya melalui berbagai penderitaan agar kita
kecewa dan menolak Tuhan. Kejahatan dan penderitaan itu juga untuk mencegah
orang-orang yang belum percaya untuk bertemu dengan Tuhan.
Satu hal yang perlu kita pahami. Tuhan adalah sumber dari
semua kebaikan. Kemuliaan-Nya adalah sumber dari semua sukacita. Apa yang Tuhan
lakukan adalah demi kemuliaan diri-Nya sendiri dan bermanfaat bagi kita. Karena
itu apa pun yang memuliakan-Nya pastilah baik untuk kita.
Hidup memang seringkali sulit, tetapi Tuhan selalu baik.
Kasih-Nya bagi kita tidak putus-putusnya dan juga tanpa syarat. Dia sangat
berbelas kasih dan murah hati.
Sesungguhnya Tuhan begitu memperhatikan kita sehingga Dia
telah mewajibkan diri-Nya untuk membantu kita menanggung kesengsaraan kita,
menghasilkan kebaikan bagi mereka, dan menyelesaikannya sebagaimana Dia anggap
terbaik.
Komitmen Tuhan diringkas dalam janji yang pertama kali
dibuatnya berabad-abad yang lalu. Janji itu — Tuhan pasti akan datang membantu
Anda — berlaku untuk setiap orang yang terluka dan yang mau mencari Dia.
Tuhan akan membantu kita mengatasi kesengsaraan kita dengan memberikan
kedamaian, harapan, kenyamanan, kekuatan, dan stamina, yaitu saat kita berjalan
selaras dengan kehendak-Nya. Dia menyelesaikan situasi kita sesuai dengan desain dan
tujuan rencana-Nya untuk kita dan orang-orang di sekitar kita.
1 Petrus 4:19 (dan Kitab Roma) memperjelas bahwa penderitaan adalah
anugerah Allah. Itu adalah rahmat yang diberikan kepada kita sekarang
untuk mempersiapkan kita kepada hidup kekal. ”
Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.
Comments
Post a Comment